1.1
Pendahuluan
Pada hakikatnya setiap perpustakaan memiliki sejarah
yang berbeda. Perbedaan sejarah tersebut menyebabkan setiap perpustakaan
mempunyai tujuan, anggota, organisasi serta kegiatan yang berbeda-beda juga.
Perbedaan tujuan, organisasi induk, anggota dan kegiatan ini mendasari
terbentuknya berbagai jenis perpustakaan. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya berbagai jenis perpustakaan, yaitu:
1.
Tanggapan (respons) sebuah perpustakaan terhadap berbagai jenis
bahan perpustakaan.
Respons masing-masing perpustakaan
terhadap berbagai jenis bahan perpustakaan, misalnya buku, majalah, film,
rekaman suara dan sejenisnya, dapat berbeda-beda. Ada perpustakaan yang mengkhususkan diri pada
pengumpulan buku saja, ada yang hanya mengumpulkan rekaman suara saja, ada yang
khusus mengumpulkan laporan penelitian, bahkan ada juga yang khusus
mengembangkan koleksi peta dan atlas saja. Adanya perbedaan antara bahan
perpustakaan (grafis, elektronis) untuk tunanetra dengan yang bukan untuk
tunanetra juga dapat menimbulkan perbedaan jenis perpustakaan. Misalnya,
perpustakaan nasional adalah perpustakaan yang mengumpulkan semua jenis bahan
perpustakaan tanpa terkecuali, sedangkan perpustakaan khusus untuk tunanetra
kemungkinan akan membatasi koleksinya pada buku yang ditulis dalam huruf
Braille.
2.
Tanggapan terhadap kebutuhan
informasi berbagai kelompok pembaca.
Di kalangan masyarakat terdapat
berbagai kelompok pembaca, misalnya kelompok anak bawah lima tahun, pelajar, mahasiswa, peneliti, ibu
rumah tangga, remaja putus sekolah dan sejenisnya. Masing-masing kelompok
pembaca tersebut membutuhkan bahan bacaan yang berbeda tingkat intelektual,
penyajian, bentuk fisik dan ukuran hurufnya. Kebutuhan informasi seorang
peneliti akan berbeda daripada kebutuhan informasi seorang murid SMU, walaupun
keduanya meneliti objek yang sama. Perbedaan tingkat intelektualitas ini
menyebabkan perbedaan pada bahan perpustakaan yang dibutuhkan. Misalnya, bila
seorang peneliti dan seorang anak SMA sama-sama meneliti gerakan Boedi Oetomo,
maka bahan perpustakaan mengenai gerakan Boedi Oetomo yang dibutuhkan peneliti
akan berbeda dengan yang dibutuhkan pelajar SMA. Karena adanya perbedaan
kebutuhan tersebut, maka tumbuhlah perpustakaan yang mengkhususkan diri
melayani kelompok pembaca tertentu, misalnya perpustakaan yang khusus melayani
ibu rumah tangga atau anak-anak saja. Masyarakat umum dilayani oleh
perpustakaan umum, sedangkan peneliti dilayani oleh perpustakaan khusus.
Perpustakaan perguruan tinggi melayani dosen dan mahasiswa, sedangkan
perpustakaan sekolah melayani anak sekolah.
3.
Tanggapan terhadap spesialisasi subjek.
Tanggapan terhadap spesialisasi
subjek mencakup tanggapan terhadap ruang lingkup subjek serta rincian subjek
yang bersangkutan. Perkembangan ilmu mempunyai imbas yang kuat terhadap
perpustakaan. Suatu ilmu dapat berkembang dan terpecah menjadi lebih dari satu
ilmu baru. Sebaliknya, dua ilmu atau lebih dapat juga lebur menjadi ilmu baru.
Pada masa yang lalu hanya ada satu ilmu, yaitu filsafat, yang kemudian pecah
menjadi ilmu baru seperti Sains serta Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora.
Selanjutnya Ilmu-Ilmu Sosial berkembang lagi sehingga tumbuh ilmu-ilmu baru
seperti Sosiologi, Hukum, Ilmu Politik dan lain-lainnya. Pemecahan sebuah ilmu
menjadi ilmu baru dikenal dengan istilah fisi, sedangkan penggabungan dua ilmu
atau lebih menjadi ilmu baru dikenal sebagai fusi. Contoh fusi adalah
penggabungan Biologi dan Kimia menjadi Biokimia (Biochemistry). Biokimia pecah
lagi menjadi Biokimia Biologi (Biological Biochemistry) dan Biokimia Fisik
(Physical Biochemistry). Terjadinya fisi dan fusi ilmu dengan sendirinya
mendorong pertumbuhan bahan perpustakaan dengan subjek-subjek baru. Pertumbuhan
subjek-subjek baru pada gilirannya mempengaruhi tumbuhnya berbagai jenis
perpustakaan, sehubungan dengan adanya perpustakaan yang mengkhususkan
koleksinya pada subjek tertentu.
Dalam kenyataan sehari-hari, pembaca
mempunyai minat serta kebutuhan informasi yang berbeda derajat kedalaman
walaupun subjeknya sama. Misalnya seorang mahasiswa dan murid SD berminat
terhadap geografi pulau Sumbawa. Walaupun
terdapat kesamaan minat di antara keduanya, ada perbedaan kedalaman subjek yang
mereka perlukan. Misalnya, si mahasiswa lebih mendalami asal usul kesultanan
Sumbawa sementara si murid SD terbatas pada sejarah singkat kerajaan Sumbawa. Karena kebutuhan kedalaman subjek bahan
perpustakaan yang dibutuhkan berbeda, maka buku yang disediakan perpustakaan
pun akan berbeda. Ditinjau dari segi cakupannya, maka ada pembaca yang menginginkan
cakupan subjek yang luas dan tidak terlalu terinci, ada yang memerlukan cakupan
singkat saja, namun ada juga juga yang memerlukan cakupan subjek yang sempit
namun mendalam. Adanya kebutuhan informasi mengenai suatu subjek dengan
intensitas intelektual yang berbeda-beda menyebabkan tumbuhnya berbagai jenis
perpustakaan yang koleksinya disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat
intelektualitas pembacanya. Sebagai contoh, perpustakaan umum menyediakan
koleksi yang bersifat umum dengan tingkat intelektual yang sesuai dengan
masyarakat setempat, perpustakaan khusus menyediakan koleksi yang khusus,
spesifik (khas), dengan tingkat intelektualitas sangat tinggi, perpustakaan
nasional menyediakan koleksi untuk tingkat universitas ke atas, sedangkan
kebutuhan murid SD sampai SMA dilayani oleh perpustakaan sekolah dan
perpustakaan umum. Bila pembaca memerlukan bahan perpustakaan yang tidak
tersedia di perpustakaan tertentu, ia dapat memperoleh bahan perpustakaan yang
diperlukan tersebut melalui kerja sama perpustakaan.
Dalam berbagai literatur terdapat
berbagai jenis perpustakaan. Dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan dinyatakan bahwa terdapat lima jenis perpustakaan, yaitu
perpustakaan nasional, perpustakaan umum, perpustakaan khusus, perpustakaan
perguruan tinggi dan perpustakaan sekolah. Karena fokus tulisan ini adalah
perpustakaan nasional, maka hanya perpustakaan nasional saja yang akan dibahas
lebih lanjut.